Sebuah Planing

Adalah Ari, seorangaktivis dakwah sekolah yang senantiasa berusaha menjadi ikhwan sejati dengansegala planing hidupnya, dilahirkan dari keluarga sederhana, ia merasabersyukur karena Allah memberinya kesempatan untuk bersekolah.
ia pun tidakmenyia-nyiakan kesempatan itu, berbagai macam prestasi ia raih baik di tingkatsekolah atau pun di luar sekolah, selain menjadi aktivis dakwah sekolah , iajuga adalah seorang Ketua Osis di sekolahnya.
Malam yang semakinlarut dengan langit yang begitu gelap, sejenak ia terdiam , dan merenungiperjalanan hidupnya  yang telah dilewatidengan sia-sia. banyak planing-planing yang tak tercapai, salah satunya ketika ialulus sekolah. Ari mempunyai planing untuk melanjutkan pendidikan di salah satu Universitasyang sangat bergengsi di negeri ini, tapi karena sebuah faktor ekonomi ,menyebabkan planingnya tak tercapai, dan ia tak bisa memaksakan hasratnya untukitu.


Waktu pun berjalanbegitu cepat dan membuatnya harus segera menentukan sebuah pilihan, dimanakahia akan melanjutkan pendidikannya??? Sebenarnya bukan karena dimana ia akanmelanjutkan pendidikannya, tapi rasa kecewa yang begitu dalam, sehingga membuatnyamalas untuk melanjutkan pendidikannya  karena tidak sesuai dengan planingnya.
Ari adalah orang yangsangat memegang teguh prinsip planing hidupnya, karena hidup itu harus memilikitujuan, dan untuk mencapai itu semua kita membutuhkan planing-planing yangcermat dan tepat , karena “Salahmenentukan planing, sama saja dengan merencanakan kegagalan”.

Ari  pun tak bisa berlarut-larut dalam kekecewaannya,ia tidak bisa menyalahkan siapa-siapa, orang tuanya tidak bisa mengusahakan halini, dan tak sengaja pada suatu hari Murrobinya memotivasinya, beliaumembacakan sebuah kutipan buku yang berisi “Jikanasi sudah menjadi bubur maka jadikanlah bubur itu se-enak mungkin dan melebihinasi” .

Hingga akhirnya Aritermotivasi dan  memutuskan untuk  mencari-cari informasi kampus yang sesuaidengan jurusan yang ia inginkan. Saat Ari sedang dirumah karena sudah  tidak ada kegiatan disekolah , pamannya yangtinggal di Jakarta menelpon ke rumah, Ari yang mengangkatnya.
“Ari apa kabar? Apaaktivitas Ari sekarang?” Ari terkejut. Sudah lama ia tidak berinteraksi denganpamannya. Kesibukanlah yang membuatnya jarang bersilaturahmi dengan Ari dankeluarganya.
Setelah telepon itu,pamannya menjadi rajin menghubungi Ari, dan menanyakan kabar keluarganya. Suatusaat pamannya bertanya.
“Apa rencana kamu setelah lulus sekolah ini, Ri ?Apa kamu sudah menyusun rencana kedepan?”
“Sebenarnya aku sudah punya rencana untukmelanjutkan kuliah di salah satu universitas, tetapi nggak ada dana.” Ariberterus terang.
“Terus apa rencanamu?”
“Aku akan mencari kampus yang biayanya terjangkaudan jurusannya sesuai  dengan yang kuinginkan.”
Pamannya menyarankanagar Ari masuk ke sebuah kampus yang cukup ternama di Jakarta, disana Ari bisatinggal bersamanya. Mungkin inilah jawaban atas pertanyaan yang selama inimenghampirinya, Allah memberikan jawaban-nya melalui pamannya. Selang waktubeberapa hari ia pun langsung  mencariinformasi tentang kampus yang pamannya maksud. Setelah ia mendapatkaninformasinya, Ari merasa tertarik dengan kampus tersebut, dengan melewatibeberapa kali pertimbangan akhirnya ia  memutuskanhijrah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya di kampus yang pamannyamaksud, dan tinggal bersama pamannya.
Walau Ari sering gagaldalam menjalankan planing hidupnya, tapi ia akan melanjutkan hidupnya  dengan apa yang ia miliki, dan mensyukurisemuanya, karena masih banyak planing-planing lain yang belum Ari lakukan.
Kegagalanlah yangmembuatnya terus bangkit dan lebih bersemangat, karena dengan kegagalan itu iabisa memperbaikinya. Semoga Ari bisa menggapai semua mimpinya.Aamiin..
----------------------o0o-------------------------

0 komentar:

Copyright © 2013 Andry Al Azzam | Mencoba berbagi ilmu...